Dua siswa kelas IX SMPN 1 Sulang mengalami musibah kecelakaan hingga meninggal dunia saat hendak berangkat sekolah pada Sabtu lalu (9/3).
Insiden ini, membuat prihatin sejumlah pihak, terlebih rencana pengadaan bus sekolah masih sulit terealisasi dalam waktu dekat ini.
Kepala Bidang (Kabid) Pembinaan SMP, Isti Choma Wati mengakui adanya dua pelajar yang terlibat kecelakaan hingga meninggal.
”Minggu malam saya komunikasi kepala sekolah. Informasikan dua murid dari desa Kaliombo lakalantas. TKP di jalan Rembang-Blora,” katanya saat dihubungi Jawa Pos Radar Kudus pada Minggu (10/3).
Isti sempat meminta sedikit kronologi yang diketahui. Dua siswa dari Kaliombo. Mereka berboncengan. Berkendara mengikuti di belakang truk.
Salah satu jaket dari siswa jatuh, mau putar balik arah berlawanan ada pelajar SMK.
Pelajar itu ke senggol. Sepeda motor oleng. Satu siswa terpental. Nahas Ada mobil box. Satunya tidak terpental namun terkena truk.
“Korban sempat dibawa ke rumah sakit. Namun beberapa jam dikabarkan meninggal. Kemudian beberapa jam kemudian disusul temannya. Informasi itu disampaikan secara langsung kepala sekolah SMPN 1 Sulang,” terangnya.
Atas insiden itu, Isti mengakui hasil pertemuan antara Dinas Pendidikan dengan Polres, perwakilan sekolah, komite, Dishub, Jasa Raharja, Asisten I Setda soal larangan anak-anak bermotor saat sekolah bukan permasalahan yang mudah. Harus duduk bersama.
“Secara aturan tidak diperbolehkan. Jika anak-anak tidak mengendarai lantas bagaimana solusinya untuk ke sekolah. Hal itu di diskusikan. Kalau ada kendaraan masing-masing sekolah tidak memungkinkan sebab sekolah negeri tidak bisa pengadan bus. Kalaupun ada bantuan tidak bisa untuk perawatan. Diambilkan dana biaya operasional sekolah (BOS) tidak bisa. Kemudian kalau ada bus sekolah dari pemerintah juga harus dipikirkan. Berapa jumlahnya,” ujarnya.
Saat ini bisa diketahui sendiri angkutan hampir tidak ada semua. Menurut pribadi Isti, kasus di Sulang berangkat dari sekolah. Itu harusnya tanggung jawab keluarga. Entah orang tua mengantar atau percayakan siapa untuk mengantarkan.
“Tapi masalahnya tidak bisa ”saklek”. Karena tidak semua keluarga mampu atau mempunyai kendaraan untuk fasilitas anak antar jemput. Ini perlu dipecahkan bersama. Kesadaran ortu, masyarakat,” imbuhnya..
Terpisah Iptu Hengki Irawan, Kanit Gakkum, Satlantas Polres Rembang membenarkan adanya kecelakaan yang melibatkan dua siswa SMP di Sulang.
Korban berasal dari satu desa dan satu sekolahan, inisial FK (pengemudi) dan AS (pembonceng).
Diketahui, keduanya mengendarai motor Honda Beat.
”Korban meninggal dunia perawatan di RS, penumpang dulu disusul pengemudi sepeda motor,” terangnya.
sumber radarkudus