SR (46) warga Lingkungan Krajan, Kelurahan/Kecamatan Patrang, Jember, tewas diduga bunuh diri dengan cara menabrakkan diri ke kereta api yang melintas di daerah sekitar rumahnya. Suami mantan caleg dari Partai Perindo itu diduga selama ini mengalami depresi.
“Kejadiannya berada 10 meter di sekitar perlintasan nomor 156, sekitar pukul 08.00 WIB. Terdapat lokomotif yang berjalan sendirian dari arah Jember ke Banyuwangi. Korban saat itu terlihat berjalan di tengah rel dan diperingatkan oleh penjaga perlintasan. Namun peringatan tersebut tidak diindahkan sehingga korban langsung tersambar kereta,” kata Kapolsek Patrang Iptu Suparman, Rabu (13/3/2024).
Akibat tertabrak kereta, tubuh korban mengalami luka dan patah tulang. Korban pun tewas di lokasi kejadian. Namun, menurut Suparman, tubuh korban terbilang masih utuh dan tidak hancur.
“Biasanya kan kalau ketabrak kereta itu tubuhnya hancur. Tapi ini tidak, tubuh korban masih utuh, hanya ada retakan di bagian kepala dan patah kaki,” terangnya.
Terkait motif, kata Suparman, korban diduga depresi akibat penyakit akut yang dideritanya. Korban juga diketahui merupakan suami dari seorang caleg DPRD Jember dari partai Perindo berinisial WF.
“Kalau motif sendiri, masih kami selidiki. Terkait dugaan bunuh diri itu masih kita dalami. Yang jelas, korban ini depresi dan memiliki riwayat penyakit berkepanjangan,” bebernya.
Mantan KBO Satlantas Polres Jember itu melanjutkan, beberapa hari belakangan, korban memang sering terlihat mondar-mandir di dekat lokasi kejadian. Bahkan, istri korban juga telah berulang kali mengingatkan agar tidak melakukan hal yang aneh-aneh.
“Jadi sebelum kejadian, korban ini sudah sering mondar-mandir seperti orang linglung di lokasi kejadian,” jelas Suparman.
“Kalau depresi karena istrinya gagal nyaleg itu tidak benar. Karena memang kondisi kesehatan korban yang kurang baik dan sering sakit-sakitan, itu yang menjadi dugaan utama korban nekat mengakhiri hidupnya,” imbuhnya.
Sementara itu, Harits (22) salah satu saksi mata mengatakan, saat kejadian, korban berdiri di tengah rel dekat pintu perlintasan dan sempat ditarik oleh penjaga palang pintu.
“Itu tadi sempat cekcok sama yang jaga perlintasan, kalau gak salah juga sampai tarik-tarikan karena kereta sudah dekat. Karena tidak dihiraukan, akhirnya korban dibiarkan dan tertabrak kereta api,” ungkapnya.
Harits menjelaskan jika korban diduga memang stres. Karena sesaat sebelum kejadian, komunikasi antara penjaga pintu perlintasan dengan korban tidak nyambung dan tidak dapat dipahami.
“Korban ini sempat diajak ngobrol oleh penjaga pintu, tapi seperti gak nyambung gitu. Gak lama setelah itu, terjadilah cekcok hingga aksi bunuh diri itu,” pungkasnya.
sumber detik